(Yogyakarta, 19/1/21). Sekretaris Utama Badan Tenaga Nuklir Nasional (Sestama BATAN), Ir. Agus Sumaryanto, M.S.M yang baru dilantik pada tanggal 4 Januari 2021 mendorong Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN BATAN) dalam penerapan Triple Helix. Konsep tersebut merupakan sinergi dan penyatuan tiga komponen yang terdiri dari akademik, bisnis dan pemerintah. Hal demikian disampaikan pada kegiatan koordinasi dan arahan Sestama BATAN bagi jajaran pimpinan serta pegawai STTN yang dilaksanakan secara daring pada hari Kamis, 14 Januari 2021.
“Saya sangat mengapresiasi dengan adanya program Nuclear Teaching Industry (NTI) yang dikembangkan oleh STTN,” ungkapnya. Menurutnya, NTI dapat menjadi langkah STTN dalam mendukung terkait dengan peningkatan ekosistem penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbang jirap) inovasi dan invensi, sesuai dengan konsep Triple Helix. STTN tinggal menentukan langkah apakah peran STTN akan menjadi mitra lembaga litbang atau akan menghidupkan Tridharma Perguruan Tinggi dari litbangnya yang bisa dimanfaatkan.
Lebih lanjut Agus menyampaikan, bahwa Triple Helix merupakan isu strategis yang harus ditangkap STTN. “Lingkungan bisnis kita adalah dinamis dan itu harus kita tangkap untuk mengambil peran. Lingkungan kita saat ini adalah VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity),” ungkapnya. Oleh karenanya, dengan lingkungan VUCA tersebut, maka STTN harus menyiapkan diri, membuka mata, membuka telinga, merasakan dan menindaklanjuti apa yang seharusnya dilaksanakan.
Agus juga menjelaskan terkait dengan UU Cipta Kerja, dimana STTN harus tanggap dengan apa yang diharapkan oleh industri serta membina hubungan link and match yang bisa disupport STTN. “Jika itu adalah rantai nilai, maka STTN harus masuk dalam rantai nilai tersebut, sehingga lulusannya menjadi VRIO (Value, Rareness, Imitability, Organization),” jelasnya lebih lanjut. Value = harus bernilai, Rareness = langka sehingga banyak dibutuhkan dunia kerja, Imitability = susah di copy, dan Organization = menjadi satu kesatuan agar bisa memberikan dampak positif bagi organisasi.
Dalam kesempatan yang sama, Agus juga menyampaikan dukungannya terkait dengan rencana pembangunan NuSTEP (Nuclear Science, Technology and Education Park) STTN di Ujungwatu Jepara sebagai laboratorium alam yang digunakan untuk studi lingkungan, khususnya kelautan berbasis teknologi nuklir. Agus juga mengungkapkan terkait dengan pentingnya pengembangan softskill bagi mahasiswa STTN. Diharapkan, melalui softskill mahasiswa STTN akan belajar bagaimana berfikir kritis, berkomunikasi dengan baik, berkolaborasi, berinovasi menuju SDM unggul dan berdaya saing.
Selain beberapa hal tersebut diatas, Agus juga memberikan arahan terkait dengan peningkatan dan pengembangan akreditasi, kualitas dan kuantitas capaian sasaran kinerja STTN, rencana strategis STTN 2020 – 2024, harmonisasi pengembangan SDM serta informasi RSPP (Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran) BATAN. (tek)