Yogyakarta, Humas BRIN. Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) menjadi satu-satunya lembaga pendidikan tinggi bidang teknik nuklir di Indonesia. Kehadiran Poltek Nuklir diharapkan mampu mencetak generasi unggul sebagai pilar dalam mewujudkan kemajuan teknologi khususnya di bidang nuklir.
Di bawah koordinasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Poltek Nuklir membuka kesempatan kepada para generasi muda untuk menempuh pendidikan di bidang kenukliran. “Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) merupakan perguruan tinggi vokasi yang menyelenggarakan pendidikan di bidang keteknikan nuklir di bawah BRIN,” ungkap Direktur Poltek Nuklir Zainal Arief, pada webinar yang bertajuk BRIN Insight Every Friday (BRIEF) dengan mengusung tema Penerimaan Mahasiswa Poltek Nuklir, Pintu SDM Terampil Teknologi Nuklir pada Jumat (10/3).
Menurut Zainal, Poltek Nuklir memiliki ranah vokasi di bidang teknologi nuklir, sehingga bersifat spesifik dan teknis. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2022 bahwa Perguruan Tinggi yang berada dibawah Kementerian Lain/Lembaga Pemerintah Non Kementerian (PP PTKL) mensyaratkan program studi harus spesifik dan teknis.
Oleh karenanya lanjut Zainal, sebagai perguruan tinggi vokasi, Poltek Nuklir tidak dapat bekerja sendiri, harus berpartner untuk memperkuat dan mengembangkan sisi pendidikan, penelitian, maupun pengabdian kepada masyarakat. Kemitraan ini dapat dijalin pada tingkat Nasional hingga Internasional.
Sebagai Perguruan Tinggi, tidak dapat dilepaskan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilakukan. “Selain pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang harus dikuatkan dan dikembangkan, juga harus didukung oleh tata Kelola Perguruan Tinggi yang baik yaitu akuntabel, transparan, efisien, efektif, dan tetap menjaga mutu,” terangnya.
Sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi vokasi bidang kenukliran di Indonesia, Poltek Nuklir memfokuskan pada penguasaan skill atau keterampilan. Dalam pembelajarannya, Poltek Nuklir memiliki porsi praktikum yang lebih besar daripada porsi teorinya. Selain itu, proses pembelajaran juga didukung dengan adanya sistem nuclear teaching industry/teaching laboratory.
Zainal menjelaskan, beberapa fasilitas BRIN khususnya yang berada di Kawasan Sains Edukasi (BSE) Achmad Baiquni Babarsari Yogyakarta dapat dimanfaatkan oleh Poltek Nuklir untuk pendidikan mahasiswa. Diantaranya yaitu Reaktor Nuklir Kartini, Cyclotron (MBE), Pilot Plan LTJ, Plasma Sputtering, dan lainnya.
Dengan dukungan ini, Poltek Nuklir mempunyai pusat unggulan yang mendukung untuk inkubator bisnis, teaching factory, serta pusat sertifikasi. Selain itu juga mendukung sebagai pusat penelitian dan kegiatan kemahasiswaan.
Ia berharap, ekosistem tersebut akan menghasilkan output yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran dan relevansi pendidikan di bidang nuklir, peningkatan produk inovasi dan kualitas pendidik dan tenaga pendidik, serta outcome yaitu terwujudnya pendidikan tinggi vokasi yang berkualitas dan berdaya saing global.
Program Studi Poltek Nuklir
Terdapat tiga program studi yang ada di Poltek Nuklir yaitu Teknokimia Nuklir, Elektronika Instrumentasi, dan Elektro Mekanika. Teknokimia Nuklir memiliki visi mengembangkan pendidikan dan pembelajaran teknokimia nuklir yang terintegrasi dengan penelitian dan pengabdian masyarakat yang memperhatikan aspek keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan dengan prinsip student centered learning yang menghasilkan kecakapan hidup 2045. Profil lulusannya umumnya berprofesi sebagai perekayasa proses, ahli keselamatan, serta wirausahawan.
Jurusan Elektronika Instrumentasi memiliki visi menyediakan SDM nuklir yang berkarakter, kompeten, dan berdaya saing global dalam bidang kendali, instrumentasi fasilitas nuklir, keselamatan dan keamanan radiasi. Lulusannya terserap sebagai perekayasa system instrumentasi dan kendali, pengembang teknologi nuklir, serta ahli keselamatan dan proteksi radiasi.
Sedangkan jurusan Elektromekanika memiliki visi menjadi program studi vokasi berdaya saing global dalam pelaksanaan Tri Dharma Pendidikan Tinggi pada bidang teknologi dan rekayasa Elektro Mekanika. Profil lulusannya dapat menjadi perekayasa elektro mekanika, perawatan elektro mekanika, pengelola/pengawas proyek, dan praktisi elektro mekanika.
Tahun pertama pembelajaran mahasiswa akan mendapatkan pemahaman dasar. Tahun kedua mendapat pengetahuan advanced. Tahun ketiga belajar kompetensi terkait dengan kenukliran dan sertifikasi. Tahun ke empat adalah implementasi, seperti pelaksanaan magang, proyek industri, sertifikasi dan tugas akhir.
Penerimaan Mahasiswa Baru TA 2023/2024
Pada tahun akademik 2023/2024 ini Poltek Nuklir membuka dua jalur penerimaan regular yaitu Jalur Prestasi dan Jalur Ujian Tulis dengan kuota 180 mahasiswa yang dimulai pada 6 Februari – 9 Maret 2023. “Jalur Prestasi dilaksanakan untuk menjaring siswa kelas terakhir SMA/MA/SMK program eksakta, tercatat masih kelas XII dan lulus tahun 2023 serta memiliki prestasi berdasarkan nilai rapor serta prestasi lain jika memilki,” terang Zainal.
Sedangkan untuk Jalur Ujian Tulis dilaksanakan untuk menjaring siswa lulusan SMA/MA/SMK tahun 2021 hingga tahun 2023. Seleksinya berdasarkan hasil ujian tertulis. Pendaftaran jalur ujian tulis dilaksanakan mulai 6 Maret – 7 April 2023.
Terkait dengan bantuan studi, BRIN melalui Program Bantuan Riset Talenta (Barista) membuka kesempatan yang lebih luas bagi mahasiswa yang memiliki minat kuat untuk belajar tentang nuklir, namun memiliki keterbatasan dari sisi ekonomi. Untuk memperoleh bantuan studi tersebut, mahasiswa harus mendapatkan rekomendasi dari Poltek Nuklir, dengan syarat nilai Capaian Kinerja Mahasiswa (CKM) terpenuhi. “Oleh karenanya, bantuan studi baru diberikan bagi Mahasiswa dari semester II hingga semester VIII,” terang Zainal.
Menurutnya, Poltek Nuklir merupakan transformasi dari Pendidikan Ahli Tenaga Nuklir (PATN) yang berdiri sejak 1985. Pada 1985 PATN berdiri dengan bentuk pendidikan Diploma 3, ikatan dinas, dan hanya untuk tugas belajar pegawai BATAN. Pada 1991, PATN sudah mulai menerima mahasiswa dari jalur umum dan bersifat ikatan dinas.
Pada 2001 kembali bertransformasi menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) dengan program sarjana terapan yang sebagian besar lulusannya diserap ke industri, BATAN, BAPETEN dan lainnya. Selanjutnya, pada 2006 STTN mendapat persetujuan dari BAPETEN untuk penyelenggaraan pelatihan sebagai Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang merupakan tambahan kompetensi bagi lulusan.
Pada 2021, dengan terintegrasinya lembaga riset di Indonesia, STTN yang awalnya berada di bawah BATAN, turut bertransformasi menjadi Poltek Nuklir di bawah BRIN. (Tek)