Yogyakarta-Humas BRIN. Dosen Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) BRIN Dhita Ariyanti dan Isabella Christian (Mahasiswi Teknokimia Nuklir) memaparkan teknologi edible film dari khitosan teriradiasi untuk pengawetan Pempek dalam Internasional Symposium on Food Safety and Control di IAEA’s Headquarters, Vienna, Austria pada 27–31/5 lalu.
Dhita menyebut Indonesia kaya akan kuliner tradisional. Salah satu kuliner terkenal dari Sumatera adalah Pempek. Namun dalam praktiknya proses pengiriman makanan seperti Pempek sering terkendala waktu yang lama, sehingga makanan menjadi rusak.
“Saat ini kondisi yang sering terjadi adalah ekspedisi pengiriman paket makanan tradisional antarkota yang memerlukan waktu lama. Hal ini menyebabkan makanan mudah terserang jamur. Oleh karenanya, pengawetan makanan tradisional menjadi keharusan selama ekspedisi,” ujarnya.
Ia kemudian mengeksplorasi karakterisasi edible film kitosan teraktivasi dilakukan dengan menggunakan analisis Fourier Transform Inframerah (FTIR), densitas, dan susut bobot. “Dengan menerapkan teknologi iradiasi dalam hal food preservation, kami mengembangkan ide untuk membuat edible film dari khitosan teriradiasi. Iradiasi yang mampu menurunkan tegangan permukaan, diharapkan mampu melapisi pempek agar memiliki daya tahan yang lebih lama,” jelas Dhita.
Ia memaparkan hasil risetnya tersebut dengan judul ‘Characterization of Activated Chitosan Edible Coating Film Using Cobalt Gamma Irradiation Exposure and it’s Effect on Pempek (Traditional Sumatran Food) Preservation.’
Selain Dhita, mahasiswi Poltek Nuklir Angelica juga turut berpartisipasi dalam ajang simposium pangan tersebut. Ini menjadi pengalaman pertamanya. “Pengalaman pertama bisa mengikuti kegiatan Internasional secara langsung. Sangat mengesankan,” kenangnya.
Ia belajar banyak mengenai perkembangan penggunaan radiasi atau nuklir yang memiliki banyak kebermanfaatan pada sektor pangan, makanan dan kesehatan. “Selain itu, saya dapat melihat secara langsung perkembangan teknologi atau instrumen analisis yang digunakan berbagai peneliti di dunia,” ungkapnya.
Angelica berharap akan semakin banyak Mahasiswa Poltek Nuklir yang berkesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan internasional seperti ini. “Mengikuti kegiatan seperti ini dapat mengeksplor pengetahuan khususnya tentang nuklir dan radiasi dari banyak ahli dari berbagai negara. Jembatan kita memperoleh ilmu bisa darimana saja dan kapan saja,” terangnya.
Simposium tersebut iikuti banyak negara seperti Indonesia, Thailand, Bangladesh, India, Kenya, Amerika, Philipina dan lainnya. “Poltek Nuklir BRIN berkesempatan hadir secara offline sebagai presenter poster dengan tema food and phytosanitary irradiation,” ujar Angelica.
Adapun ragam tema yang didiskusikan dalam kegiatan tersebut antara lain: Food authenticity and fighting food fraud, Food and phytosanitary irradiation, Chemical residues and contaminants in food and feed, Preparing for and responding to emergencies and incidents affecting the food supply, Detection and characterization of pathogens in food, Standard setting and risk assessment, dan One Health. (tek/ed:mn)