(Yogyakarta, 6/10/22). Penguasaan pengetahuan pembelajaran secara akademik terlihat dalam capaian Indeks Prestasi namun pada tataran praktisnya, capaian akademik tidak cukup dijadikan bekal untuk dapat bersaing di dunia kerja. Diperlukan juga penguasaan softskill yang menjadi karakter seorang mahasiswa. Penguasaan softskill ini tentunya sudah harus dimulai sejak seorang mahasiswa masih dibangku kuliah, termasuk bagaimana seorang mahasiswa berperilaku dalam lingkungan kampus maupun lingkungan dimana dia tinggal. Kegiatan wisuda merupakan suatu upacara akhir yang menyudahi perjalanan sebuah pembelajaran.
Poltek Nuklir memiliki perhatian untuk memberikan bekal softskill menjelang wisuda, dengan menyelenggarakan kuliah Etika Profesi yang bertujuan mengingatkan kembali sekaligus membekali calon wisudawan untuk memegang nilai/etika pada saat kelak memilih profesi masing-masing
Kuliah Etika Profesi bagi calon wisudawan pada tahun 2022 ini diselenggarakan pada tanggal 4 Oktober 2022 bertempat di Gedung 16 Poltek Nuklir yang diikuti oleh sebanyak 98 calon wisudawan, dengan menghadirkan narasumber Dr. Yuli Fajar Susetyo, S.Psi, M.Psi, Psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Dalam sambutannya, Wakil Direktur 3 bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerja Sama, Adi Abimanyu, M.Eng menyampaikan, “Wisuda hanya sebuah seremoni, yang lebih penting adalah bagaimana berkiprah di masyarakat dalam hal ini adalah industri sebagai tempat bekerja dan memiliki karakter yang akan tercermin dalam sikap mengenai bagaimana berkomunikasi dengan atasan, bernegosiasi dengan calon perusahaan dan hal – hal lain yang terkait dengan pekerjaan,” ungkapnya.
Sementara itu Yuli Fajar Susetyo dalam paparannya lebih banyak memberikan motivasi dan juga kiat praktis pada saat wawancara. Terdapat tiga pilihan mahasiswa yang bisa dijadikan cermin, yaitu: 1. Orang yang terlupakan (Saat tidak bisa meninggalkan kenangan/prestasi yang bermakna); 2. Orang yang layak dikenang (Mungkin bukanhanya karena prestasi terbaik tapi punya kesan mendalam terkait dengan karakter yang dimiliki); 3. Orang yang harus dilupakan (Yaitu orang yang tidak memiliki karakter yang baik).
Yuli Fajar juga mengingatkan bahwa setelah lulus bukan sekedar mencari pekerjaan tapi mencari jati diri, bicara tentang jalan perjuangan, membawa nama kampus, nama keluarga, mencari hubungan dengan Tuhan, dan bagaiman kebermanfaatan di masyarakat. “Kunci sukses seorang manusia antara lain adalah memiliki kompetensi yang baik, memiliki karakter yang baik, dapat dipercaya, dapat berkontribusi dan mampu membangun jejaring/kerja sama dengan orang lain,” jelasnya lagi.
Pada sesi tanya jawab juga disambut dengan pertanyaan dari peserta mengenai cara meredam konflik di tempat bekerja, dan juga kiat wawancara bagi fresh graduate. (rtm)