18 Jul 2022

Nuklir menjadi Solusi Pengolahan Limbah Batik Pekalongan

Pekalongan (14/07/2022). Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kota Pekalongan mengenalkan ‘Nuklir untuk Solusi Limbah Batik Pekalongan’ bagi pejabat struktural di lingkungan Pemerintah Daerah Kota Pekalongan, pelaku industri tekstil dan batik, akademisi, dan pemerhati lingkungan pada Kamis (14/7). Kegiatan tersebut bertujuan memberikan gambaran terkait metode dan hasil yang akan didapatkan dari pemanfaatan teknologi nuklir, dengan tetap mengedepankan jaminan rasa aman bagi masyarakat. Hal tersebut sebagai wujud pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi bagi Poltek Nuklir BRIN.

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh potensi Kota Pekalongan sebagai Kota Batik dengan ribuan pengrajin. Namun jumlah kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dimiliki terbatas, sehingga sebagian besar limbah dari proses pembuatan batik langsung dilepas ke lingkungan. “Hal ini tentu berdampak negatif bagi lingkungan, dan dapat membahayakan kesehatan masyarakat,” ujar Sugili Putra, Ketua Tim Penelitian Poltek Nuklir Pengolahan Limbah Batik dengan Iradiasi Gamma.

Menurutnya, sebagai perguruan tinggi vokasi di bidang nuklir, Poltek Nuklir berupaya mencari solusi dengan mengenalkan teknologi nuklir untuk pengolahan limbah batik di Kota Pekalongan.

Dalam kesempatan tersebut Sekretaris Daerah Pekalongan Sri Ruminingsih dalam sambutannya menyampaikan pentingnya pengolahan limbah batik agar tidak mencemari lingkungan. “Semoga ke depan dengan adanya solusi masalah limbah, dapat menghasilkan produk batik yang ramah lingkungan (eco-friendly) sehingga dapat semakin bersaing di pasar Internasional,” ungkapnya.

Lebih lanjut Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Slamet Budiyanto menyampaikan bahwa dengan bertambahnya jumlah produksi batik di Pekalongan dan penggunaan zat pewarna sintetis, maka akan menimbulkan masalah lingkungan. Ia mencontohkan limbah yang mengandung logam berat Pb (timbal) dan genangan air limbah di selokan pemukiman penduduk. “Pencemaran logam berat Pb dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan seperti kerusakan otak, kerusakan ginjal, kanker, penyakit kardiovaskuler (termasuk hipertensi), penyakit syaraf, gangguan perasaan dan penyakit psikiatrik, serta dapat menyebabkan kelainan pada janin berupa cacat pada bayi, berat badan lahir rendah, dan prematur,” jelasnya

Hal senada juga dikemukakan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pekalongan Joko Purnomo yang menilai permasalahan pencemaran sungai di kota Pekalongan disebabkan oleh berbagai hal. “Permasalahan tersebut antara lain karena minimnya sarana dan prasarana pengolah limbah, masih mahalnya pembangunan IPAL yang sesuai dengan standar, kesadaran pelaku industri yang perlu ditingkatkan, banyaknya jumlah industri yang tidak sebanding dengan jumlah personel pengawas, serta belum optimalnya koordinasi lintas daerah,” ungkap Joko.

Pengolahan Limbah Batik dengan Iradiasi Gamma

Sugili Putra memaparkan bahwa penggunaan teknologi nuklir tersebut aman, baik dari resiko kecelakaan nuklir maupun dari paparan radiasi nuklir dengan menerapkan prosedur keselamatan yang berlaku. “Teknologi nuklir ini memiliki kelebihan yaitu kebutuhan perawatan dan biaya operasional yang relatif minimal dibandingkan teknologi pengolahan limbah lainnya,” jelasnya. Namun demikian, menurut Sugili, teknologi ini membutuhkan biaya investasi yang besar untuk pembangunannya sehingga dibutuhkan peran dari pemerintah untuk menyediakan fasilitas pengolahan limbah ini.

Ia menambahkan, hasil penelitian dalam skala laboratorium yang dilakukan Poltek Nuklir BRIN menunjukkan bahwa pengolahan limbah dengan iradiasi gamma dapat menghilangkan toksisitas limbah. “Dengan melakukan preparasi limbah, yaitu dengan proses filtrasi (dengan penambahan bahan kimia tertentu), dapat mengendapkan lilin yang terdapat dalam limbah, sehingga masalah cemaran organik dapat terselesaikan,” ujarnya. Selain itu, ia menambahkan bahwa cemaran logam timbal (Pb) dan Kromium (Cr) dapat diatasi dengan proses pengendapan Pb dan Cr melalui proses yang terpisah.

Kota Pekalongan saat ini memiliki IPAL Komunal di empat lokasi dan IPAL Mini yang terbangun di 73 lokasi. Namun fasilitas tersebut masih belum mencukupi kebutuhan pengolahan limbah saat ini. Teknologi IPAL yang ada saat ini antara lain: filtrasi, remediasi, mikroorganisme, pengendapan kimia, elektro kimia, adsorbsi, absorbsi, penukar ion, dan reaksi katalitik. “Teknologi tersebut hanya mereduksi volume limbah sehingga tidak benar-benar mengatasi permasalahan limbah secara komprehensif. Oleh karena itu diperlukan teknologi nuklir untuk mengatasi masalah tersebut,” jelas Sugili lebih lanjut.

Sugili juga berharap kegiatan ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang teknologi nuklir dan tidak hanya berhenti pada skala laboratorium saja, tetapi kerja sama yang dilakukan dapat berlanjut hingga dapat diimplementasikan untuk penyelesaian masalah pencemaran lingkungan akibat limbah batik di Kota Pekalongan. (Rep, Tek//Ed: Mn)

Leave a Reply