14 Nov 2025

Perkuat Wawasan Energi Nasional, Poltek Nuklir Gelar Kuliah Umum Program PLTN Bersama Anggota Dewan Energi Nasional

Yogyakarta – Humas BRIN. Cadangan energi fosil Indonesia diproyeksikan menurun drastis dalam beberapa dekade ke depan. Minyak bumi diperkirakan hanya cukup untuk sembilan hingga sepuluh tahun, gas untuk sekitar tiga belas hingga empat belas tahun, dan batubara sekitar tiga puluh dua tahun jika tingkat konsumsi tetap seperti saat ini. Hal tersebut disampaikan As Natio Lasman, Anggota Dewan Energi Nasional, saat menjadi narasumber pada kuliah umum bertema Program PLTN dalam Kebijakan Energi Nasional bagi dosen dan mahasiswa Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) BRIN, Rabu (11/11) lalu, di Auditorium Nusantara Cendekia, KSTE Achmad Baiquni BRIN Babarsari, Yogyakarta.

Dalam paparannya, As Natio menjelaskan bahwa kondisi energi nasional saat ini berada pada titik yang menuntut percepatan transisi. Selain cadangan minyak dan gas yang semakin menurun, Indonesia juga masih sangat bergantung pada impor. “Kita mengimpor sekitar satu juta barel minyak per hari. Ketergantungan sebesar ini tentu berisiko bagi ketahanan energi nasional,” tegasnya.

Ia melanjutkan bahwa penggunaan energi terbarukan seperti surya dan angin memang penting, tetapi tidak dapat sepenuhnya menopang beban sistem ketenagalistrikan nasional. Teknologi tersebut bersifat intermitten dan memerlukan penyimpanan energi skala besar, sementara target bauran energi terbarukan 23 persen pada tahun 2024 pun belum tercapai. Kondisi ini menjadi salah satu alasan mengapa pemerintah mulai menempatkan PLTN sebagai bagian yang lebih strategis dalam kebijakan energi nasional.

“Nuklir sekarang tidak lagi ditempatkan sebagai opsi terakhir. Perannya semakin penting untuk menyeimbangkan sistem energi dan mendukung pencapaian target dekarbonisasi nasional,” jelasnya. Ia menegaskan bahwa tidak ada negara industri besar yang tidak memiliki PLTN, dan Indonesia harus mulai mengambil langkah nyata untuk menuju kategori tersebut.

Salah satu langkah strategis tersebut tercermin dalam rencana pembangunan PLTN Indonesia. As Natio menyampaikan bahwa PLTN pertama dengan kapasitas minimal 250 MW direncanakan mulai beroperasi pada 2032. Selanjutnya, pengembangan kapasitas dilakukan bertahap hingga mencapai lebih dari 30 GW pada 2060, dengan kontribusi listrik tenaga nuklir diproyeksikan mencapai sekitar 10 hingga 11 persen dari kebutuhan nasional. “Ini bukan target yang mudah, tetapi merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda,” tambahnya.

As Natio juga menyoroti kesiapan sumber daya manusia (SDM) sebagai faktor kritis dalam pembangunan PLTN. “Pembangunan PLTN memerlukan banyak tenaga terlatih, dan saat ini kita masih kekurangan SDM di bidang ini,” ungkapnya.

Karena itu, ia menilai keberadaan Politeknik Teknologi Nuklir (Poltek Nuklir) BRIN sangat strategis. “Poltek Nuklir adalah satu-satunya institusi vokasi nuklir di Indonesia. Mahasiswanya memiliki peluang besar untuk terlibat langsung dalam era baru energi nuklir nasional,” ujarnya memberi motivasi.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Direktur Bidang Akademik Poltek Nuklir, Sutanto, menyampaikan bahwa kuliah umum ini menjadi bagian penting dalam memperkaya wawasan mahasiswa terkait perkembangan kebijakan energi nasional. “Topik ini sangat relevan karena mahasiswa Poltek Nuklir bukan hanya belajar teori, tetapi dipersiapkan untuk menjadi pelaksana kegiatan ketenaganukliran di masa depan,” katanya.

Ia berharap mahasiswa mencermati materi dengan baik dan memanfaatkan kesempatan ini untuk berdiskusi langsung dengan perumus kebijakan energi nasional.

Sementara itu, Kepala Program Studi Elektro Mekanika Poltek Nuklir yang sekaligus menjadi moderator, Rio Natanael Wijaya menegaskan bahwa As Natio Lasman merupakan figur strategis yang sangat memahami dinamika energi Indonesia. “Beliau terlibat langsung dalam penyusunan kebijakan energi nasional dan memiliki pengalaman panjang di BATAN, BAPETEN, hingga DEN. Karena itu materi hari ini sangat kaya dan penting bagi mahasiswa,” ujarnya.

Sebagai penutup, As Natio menegaskan bahwa percepatan PLTN adalah langkah yang tidak dapat ditunda jika Indonesia ingin mencapai target Net Zero Emission 2060. “Tahun 2032 itu tidak lama lagi. Jika SDM tidak disiapkan mulai sekarang, kita akan kehilangan momentum,” pesannya.

Kuliah umum ini diharapkan menjadi pemantik semangat bagi mahasiswa Poltek Nuklir untuk terus memperkuat kompetensi sebagai bagian dari generasi yang akan mengawal pembangunan energi nuklir Indonesia di masa depan. (rnf, ipr)