Yogyakarta – Humas BRIN. Dosen Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) BRIN, Bidhari Pidhatika resmi dikukuhkan sebagai Profesor Riset ke-84 BRIN dengan kepakaran Material Polimer dan Modifikasi Permukaan Material. Dalam pengukuhan yang berlangsung di Jakarta pada Rabu (22/10), Bidhari menyampaikan orasi ilmiah berjudul ‘Strategi Molekuler dalam Teknologi Permukaan Biomaterial untuk Mendukung Sektor Kesehatan Nasional.’
Ia menyoroti fakta bahwa 70–90 persen industri alat kesehatan di Indonesia masih bergantung pada produk impor, baik dari sisi bahan baku maupun teknologi. Kondisi ini menjadi dorongan penting bagi pengembangan inovasi biomaterial dalam negeri.
“Biomaterial adalah bahan alami atau sintetik yang digunakan untuk mendukung, memperbaiki, atau menggantikan jaringan biologis yang rusak. Melalui teknologi modifikasi permukaan, sifat biomaterial bisa disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi untuk meminimalkan efek samping, dapat dikontrol sesuai kebutuhan aplikasinya untuk meminimalkan efek samping pada tubuh,” jelasnya.
Pemanfaatan Biomaterial Cerdas
Lebih lanjut Bidhari menyampaikan, untuk menciptakan biomaterial cerdas, perkembangan teknologi modifikasi permukaan biomaterial terus mengalami kemajuan. Mulai dari pendekatan konvensional sederhana, menuju teknik-teknik mutakhir baik secara kimia, fisika, dan kombinasi keduanya, yang memungkinkan kontrol fungsionalitas permukaan secara presisi hingga ke tingkat molekuler.
“Biomaterial cerdas pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004. Secara umum, tingkat kecerdasan biomaterial dapat dikategorikan menjadi empat tingkat, yaitu Biopasif, Bioaktif, Responsif, dan Otonom,” ungkapnya.
Disampaikan oleh Bidhari, dengan strategi stoikiometri dan penyisipan gugus kimia selama reaksi polimerisasi, reaktivitas polimer yang dihasilkan dapat dikontrol untuk selanjutnya dilapiskan ke permukaan biomaterial membentuk lapisan tipis dengan konformasi yang memberikan fungsionalitas dan kestabilan sesuai aplikasi yang ditargetkan.
Lapisan tipis cerdas tersebut dapat diaplikasikan antara lain pada permukaan kateter dan lensa kontak, permukaan implan tulang dan alat diagnostik, perancah biomedis, serta pembalut luka.
Selanjutnya, dengan pemanfaatan teknologi plasma, dapat dihasilkan lapisan tipis plasma untuk mengikat nanopartikel perak yang dapat memberikan aktivitas antibakteri. “Biomaterial ini dapat diarahkan untuk pembalut luka. Melihat potensi besar teknologi plasma, kami bersama mitra mengembangkan reaktor plasma yang akan digunakan untuk modifikasi permukaan beragam biomaterial lainnya di masa depan,” jelasnya.
Selain itu, menurutnya teknologi modifikasi permukaan menggunakan material polimer juga telah diterapkan pada nanopartikel seperti DNA, untuk meningkatkan efisiensi transfeksi.
Peran Penting Pengembangan Riset Biomaterial
Sejak 2018, ia telah berkolaborasi dengan para pakar dalam kedokteran gigi untuk menyelesaikan beragam masalah dalam regenerasi jaringan biologis. Riset pengembangan permukaan biomaterial, khususnya pada membran regeneratif, memiliki peran penting dalam mendukung program nasional pengendalian penyakit gigi dan mulut.
Dalam bidang nuklir, ilmu material polimer dan modifikasi permukaan dapat dimanfaatkan antara lain untuk mengembangkan pembawa radioisotop biokompatibel dalam aplikasi radiomedis dan pengembangan bahan pelapis fungsional tahan radiasi.
Menutup orasinya, Bidhari menegaskan pentingnya membangun rantai inovasi dari laboratorium hingga layanan kesehatan, agar hasil riset benar-benar hadir dan berdampak nyata bagi masyarakat.
“Teknologi modifikasi permukaan biomaterial harus diarahkan untuk menjawab tantangan global seperti resistensi antimikroba, regenerasi jaringan yang lebih cepat dan personal, serta efisiensi alat medis di era digital. Semua pihak — pemerintah, BRIN, industri, perguruan tinggi, pendidikan vokasi, dan masyarakat — harus bersinergi untuk mewujudkan kemandirian sektor kesehatan nasional,” tegasnya. (tek, kf/ed:mn)





