Yogyakarta-Humas BRIN. Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) BRIN menerima perwakilan Pusat Strategi Kebijakan Amerika dan Eropa, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI pada Kamis (24/7) lalu dalam rangka pelaksanaan policy analysis dialogue terkait dengan peran diplomasi Indonesia dalam mendukung transisi energi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT).
Direktur Poltek Nuklir, Zainal Arief menyampaikan bahwa Poltek Nuklir sebagai instansi pendidikan vokasi maka ranahnya adalah dari sisi akademik. “Saat ini Poltek Nuklir sedang melakukan proses penguatan akademik dan non akademik. Bagaimana menciptakan lingkungan kondusif untuk mencapai tujuan akademik. Dikaitkan dengan ketahanan energi, Poltek Nuklir juga sudah melakukan evaluasi kurikulum agar sinkron yang mengarah dan mendukung program nasional khususnya pada ketahanan energi bidang nuklir,” ungkapnya
Saat ini Poltek Nuklir memiliki tiga program studi yaitu Elektronika Instrumentasi, Elektromekanika, dan Teknokimia Nuklir. Elektronika Instrumentasi memiliki konsentrasi pada teknologi pembangkit energi nuklir dan teknologi analisis nuklir dan radiasi. Elektromekanika pada teknologi akselerator dan radiasi, serta teknologi instrumentasi nuklir medis. Teknokimia Nuklir terdiri dari teknologi proses bahan nuklir dan teknologi radioisotop dan radiofarmaka. “Secara akademik, Poltek Nuklir sudah melakukan penyesuaian guna mendukung program pemerintah tersebut. Termasuk penguatan kerjasama dengan luar negeri,” terangnya.
Beberapa kerjasama luar negeri yang telah dilakukan Poltek Nuklir khususnya yang terkait dengan bidang kenukliran adalah dengan Rosatom dan Tomsk Polytechnic University (TPU) Rusia. “Diharapkan dari program-program yang sudah berjalan, Poltek Nuklir bisa mendukung program strategis pemerintah Indonesia untuk pengembangan teknologi masa depan,” ungkap Zainal.
Sementara itu, Hapsari K. Hardjito, salah satu perwakilan dari Pusat Strategi Kebijakan Amerika dan Eropa, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan, kunjungan dilaksanakan dalam upaya meningkatkan peran Kementrian Luar Negeri RI turut mendukung proses transisi energi menuju energi bersih, energi berkelanjutan, energi EBT agar dapat mencapai target yang ditetapkan.
“Tujuan kami datang ke Poltek Nuklir diantaranya adalah menghimpun perspektif strategis dari pemangku kepentingan lokal dan akademik. Saat ini kami sedang menyusun rekomendasi kebijakan nasional. Salah satu isu yang saat ini ditetapkan adalah berkaitan dengan program pemerintah tentang ketahanan energi nasional mendukung transisi energi menuju EBT,” ungkapnya.
Ia menyampaikan, serangkaian upaya yang dilakukan oleh Kemlu diantaranya melakukan kegiatan FGD kebijakan dengan pihak terkait dalam upaya menyusun rekomendasi agar tetap sasaran. Selain itu diperlukan diskusi dengan pemangku kepentingan daerah terkait potensi, tantangan, serta proses yang dibutuhkan di tingkat propinsi.
“Sebagai goalsnya adalah membuat pemetaan terkait apa yang dibutuhkan Indonesia dengan segala macam kondisi yang berbeda, apa yang bisa Kemlu lakukan guna membantu memfasilitasi, menjembatani dengan mitra kerjasama luar negeri. Sehingga akan diperoleh hasil roadmap, pemetaan, dengan timeline sesuai apa yang dibutuhkan,” terangnya.
Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan berbagai pandangan terkait pemanfaatan energi nuklir pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yang telah banyak diterapkan negara lain oleh Dosen Poltek Nuklir Anhar Riza Antariksawan, bentuk-bentuk pengabdian masyarakat yang dilakukan Poltek Nuklir oleh Wakil Direktur Akademik Poltek Nuklir Sutanto, serta peminatan mahasiswa baru Poltek Nuklir yang semakin besar oleh Wakil Direktur non akademik Sukarman.
“Hal tersebut menandakan bahwa informasi terkait dengan pemanfaatan teknologi nuklir sudah semakin dipahami oleh masyarakat,” tegas Sukarman. (tek, as/ed:mn)