01 May 2025

BRIN Siapkan Sistem Pendidikan Vokasi Poltek Nuklir Selaras dengan Kebutuhan Riset Nasional

Yogyakarta – Humas BRIN. Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) menggelar pertemuan tindak lanjut pembahasan proses bisnis penyelenggaraan pendidikan di Kawasan Sains, Teknologi, dan Edukasi (KSTE) Achmad Baiquni, Babarsari, Yogyakarta, Jumat (25/4). Pertemuan ini menjadi langkah strategis untuk menyelaraskan sistem pendidikan vokasi dengan kebutuhan riset nasional dan juga memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang unggul untuk kebutuhan industri nasional, maupun global.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko menekankan bahwa transformasi pendidikan vokasi tidak hanya bertumpu pada pembaruan kurikulum, tetapi juga kesiapan infrastruktur dan sumber daya pengajar. Ia menegaskan bahwa semua elemen pendukung mulai dari sarana pembelajaran, peralatan dan fasilitas laboratorium, serta fasilitas pendukung lainnya hingga manajemen pendidikan harus bekerja secara sinergis.

“Dukungan BRIN untuk kemajuan Poltek Nuklir nyata. Sejak awal, BRIN ingin meningkatkan dengan cepat kualitas Poltek Nuklir, diantaranya dengan supporting bidang infrastruktur untuk sarana dan prasarana pendidikan dan riset serta penguatan sisi SDM yaitu pengampu dan muatan Body of knowledge (BoK) atau kurikulum sebagai basis penyusunan modul dan basis pembelajaran teori maupun praktik, khusus di bidang nuklir,” ungkap Handoko.

Menurutnya, infrastruktur pendidikan dan riset harus didukung oleh SDM yang relevan dan sistem pembelajaran yang terintegrasi. “Tanpa itu, kualitas lulusan tidak akan maksimal, padahal tantangan industri saat ini sangat tinggi,” jelas Handoko.

Selain itu, kurikulum baru Poltek Nuklir dirancang untuk memadukan pembelajaran teoritis dengan praktek lapangan secara intensif, dikenal dengan konsep “Teaching Laboratory”. Pendekatan ini diharapkan menghasilkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memahami filosofi dan konteks saintifik dari teknologi yang mereka gunakan.

Menurut Handoko, sebagai perguruan tinggi vokasi bidang nuklir, pembelajaran di Poltek Nuklir harus dominan aspek nuklirnya, khususnya praktik lapangan. Oleh karenanya, BRIN telah menyiapkan skema penugasan dosen peneliti, serta pemanfaatan laboratorium riset BRIN sebagai bagian dari ruang mahasiswa belajar.  “Ini merupakan tantangan bagi dosen dan periset untuk menyusun secara all out modul pembelajaran dan praktek agar mahasiswa memiliki kompetensi, tidak sebatas teori murni,” imbuhnya.

Transformasi yang dilakukan oleh Poltek Nuklir ini merupakan bagian dari upaya BRIN untuk menciptakan ekosistem pendidikan vokasi yang tidak hanya relevan secara nasional, tetapi juga mampu bersaing secara global. Dengan karakteristik teknologi nuklir yang unik dan kompleks, pendekatan yang diambil memang tidak bisa disamakan dengan pendidikan teknik pada umumnya.

Transformasi Pendidikan Vokasi Menuju Pendidikan Nuklir Berkelas Dunia

Deputi Bidang SDM Iptek BRIN, Edy Giri Rachman Putra menyampaikan bahwa proses transformasi ini turut mengubah cara kerja institusi dalam menyelenggarakan pendidikan. Penyesuaian proses bisnis dan tata kelola akademik menjadi prioritas, termasuk revisi dokumen strategis, pedoman maupun petunjuk pelaksanaan kurikulum, serta pelibatan unit-unit kerja lainnya di BRIN, khususnya dari Direktorat Pengelolaan Fasilitas Ketenaganukliran (DPFK) dan Direktorat Pengelolaan Laboratorium, Fasilitas Riset, dan Kawasan Sains dan Teknologi (DPLFRKST), di bawah Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi.

“Kurikulum saja tidak cukup. Kita juga harus ubah sistem kerja dan kolaborasi akademik antara Poltek Nuklir sebagai institusi pendidikan dengan Organisasi Riset dan Kedeputian, khususnya Deputi Bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi agar selaras dengan kebijakan BRIN dan penyelenggaran pendidikan modern,” kata Edy.

Ia juga menekankan pentingnya konsistensi dalam penempatan mahasiswa di unit-unit riset dan fasilitas riset BRIN untuk memastikan penguatan kompetensi lulusan melalui aktivitas riset serta praktik lapangan sesuai dengan konsep ‘Teaching Laboratory.’ Ke depan, perlu dilakukan penguatan kerja sama industri di bidang nuklir untuk penguatan kompetensi lulusan dalam memahami permasalahan serta solusi alternatif yang dapat dilakukan, sebagai konsep dasar pembelajaran ‘Teaching Industry.’

“Kebijakan BRIN untuk mengembangkan teknologi nuklir semakin nyata. Yogyakarta difokuskan menjadi pusat pengembangan dan penguatan sumber daya manusia di bidang nuklir melalui pendidikan, pelatihan dan riset dasar sebagai bentuk integrasi antara institusi pendidikan dengan pengelolaan fasilitas dan infrastruktur riset,” jelasnya.

Edy berharap, dengan adanya proses bisnis di KSTE Achmad Baiquni, Poltek Nuklir akan segera dapat menghasilkan lulusan yang mampu berdaya saing secara global.

Penyusunan Kurikulum Libatkan Dosen, Praktisi, dan Peneliti

Sementara itu, Direktur Poltek Nuklir, Zainal Arief, menyampaikan bahwa penyusunan kurikulum telah melibatkan tim dosen internal dan mitra substansi dari BRIN, termasuk para peneliti dan praktisi dari pengelola laboratorium-laboratorium terkait. “Kami ingin membentuk lulusan yang tangguh, tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga adaptif dalam menghadapi kompleksitas teknologi. Kolaborasi dosen dan peneliti sangat penting dalam memastikan kualitas modul yang aplikatif dan up-to-date,” ujar Zainal.

Zainal juga berharap adanya kebijakan BRIN agar Mahasiswa Poltek Nuklir di tahun ke-empat untuk keluar kampus, mahasiswa bisa menjadi Research Asisstant (RA) di Pusat Riset BRIN dengan skema yang telah ditentukan. “Mahasiswa tahun terakhir bisa bergabung dalam aktivitas riset yang ada di BRIN, sebagai bentuk integrasi pendidikan dan penelitian. Harapannya dengan kebijakan yang ada, mahasiswa harus bisa memanfaatkannya secara maksimal,” ungkapnya.

Dalam hal ini, modul baru akan mengutamakan pembelajaran berbasis praktik, khususnya pada program studi yang berkaitan langsung dengan pengoperasian peralatan nuklir, seperti iradiator dan sistem deteksi radiasi. Modul ini juga diharapkan mampu menjembatani kebutuhan pasar tenaga kerja di bidang teknologi nuklir dengan kesiapan lulusan Poltek.

Peran unit-unit teknis BRIN seperti DPFK dan DPLFRKST juga mendapat apresiasi dalam pertemuan tersebut. Penempatan staf fungsional dari kedua unit tersebut sebagai tim pengajar teori dan praktikum dinilai sangat membantu kelancaran proses pendidikan. Selain itu, adanya pergeseran peralatan dan kebutuhan logistik juga akan terus dikoordinasikan agar tidak mengganggu kelangsungan kegiatan belajar mengajar. Sinergi ini membuktikan bahwa pendidikan vokasi berbasis riset memang membutuhkan pendekatan lintas-unit yang solid dan terintegrasi.

Pertemuan ini diakhiri dengan penegasan bahwa seluruh perubahan akan dimonitor secara berkala, dan keterlibatan semua pihak akan menjadi kunci keberhasilan. Poltek Nuklir diharapkan menjadi role model pendidikan vokasi berbasis riset di Indonesia, khususnya dalam bidang teknologi nuklir masa depan. (frw, tek/ed:jml)

 

Sumber : https://www.brin.go.id/news/122854/brin-siapkan-sistem-pendidikan-vokasi-poltek-nuklir-selaras-dengan-kebutuh-riset-nasional