Yogyakarta-Humas BRIN. Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) terus bertransformasi untuk memenuhi kebutuhan pasar global di sektor kenukliran. Berbagai langkah strategis telah dilakukan, termasuk pembenahan organisasi, infrastruktur, kurikulum, hingga kualitas tenaga pengajar. Transformasi ini bertujuan menghasilkan lulusan berkualitas yang sesuai dengan standar internasional, seperti yang ditetapkan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Poltek Nuklir merupakan perguruan tinggi vokasi bidang kenukliran yang berada di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam beberapa tahun terakhir, Poltek Nuklir bersama BRIN tengah berproses dalam melakukan integrasi secara menyeluruh. Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menegaskan bahwa BRIN menjadi supporter utama bagi Poltek Nuklir.
“BRIN harus mendukung Poltek Nuklir secara all out. Poltek Nuklir tidak bisa berjalan tanpa dukungan dari BRIN. Demikian sebaliknya, BRIN harus memanfaatkan Poltek Nuklir untuk meningkatkan kualitas riset BRIN, karena Poltek Nuklir sebagai penyedia talenta muda riset dan inovasi khususnya di bidang kenukliran. Harus saling support,” ungkapnya saat pembekalan dosen baru untuk penyamaan persepsi dalam membangun kembali Poltek Nuklir sekaligus penyusunan rencana pembelajaran semester (RPS) Poltek Nuklir pada Kamis (16/1) lalu.
Menurut Handoko, tanpa ada mobilitas SDM, baik mahasiswa maupun dosen tidak memiliki kesempatan untuk melakukan riset skala besar. Demikian juga dengan peneliti yang akan terhambat, karena tidak adanya regenerasi. “Integrasi menyeluruh antara Poltek Nuklir dan BRIN itu krusial. Poltek Nuklir harus melakukan perubahan total,” jelasnya.
Lebih lanjut Handoko menegaskan bahwa sebagai satu-satunya perguruan tinggi vokasi bidang kenukliran di Indonesia, Poltek Nuklir harus konsisten menggarap mass market. “Tidak mungkin ada fasilitas layanan yang bergerak dalam bidang kenukliran atau radiasi, seperti di industri atau rumah sakit, yang tidak membutuhkan lulusan kenukliran. Saat ini bisnis kenukliran, baik zat radioaktif maupun radiasi sudah semakin banyak dan berkembang. Oleh karenanya, Poltek Nuklir harus konsisten dan disiplin dalam menggarap peluang pasar,” tegas Handoko.
Ia berharap, Poltek Nuklir segera berbenah terkait dengan pelaksanaan dan konten pembelajaran, termasuk konten riset. “Lulusan perguruan tinggi vokasi secara umum memang tidak direferensikan dengan luaran riset. Namun, tidak demikian halnya untuk Poltek Nuklir yang bergerak dalam bidang kenukliran. Lulusannya harus mampu melaksanakan riset. Itulah yang membedakan Poltek Nuklir dengan perguruan tinggi vokasi lain. Dosen dan mahasiswa Poltek Nuklir harus melakukan riset yang potensial bersama Organisasi Riset (OR) BRIN,” ungkapnya.
Pengembangan Poltek Nuklir ke Depan
Senada dengan itu, Edy Giri Rachman Putra, Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SDMI) BRIN sekaligus Ketua Dewan Pertimbangan Poltek Nuklir menyampaikan bahwa dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun terakhir dengan didukung sepenuhnya oleh BRIN, Poltek Nuklir bertransformasi secara terus-menerus, mulai dari aspek organisasi, infrastruktur, sarana prasarana, kurikulum hingga tenaga pengajarnya.
“Body of Knowledge (BoK) untuk kurikulum baru Poltek Nuklir secara komprehensif telah diselesaikan selama kurang lebih setahun oleh tim khusus. Diawali dengan kajian-kajian terhadap perubahan tantangan serta kebutuhan yang disebabkan perubahan lingkungan strategis, baik internal maupun eksternal. Setelah BoK dan kurikulum baru diselesaikan maka sekarang saatnya dilakukan pembenahan pada sumber daya manusia di Poltek Nuklir, khususnya tenaga pengajar,” jelasnya.
“Mengapa kita perlu melakukan transformasi secara komprehensif di Poltek Nuklir? Karena kita harus mengembalikan kompetensi lulusan Poltek Nuklir sesuai dengan standar global, khususnya IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional), yang tidak akan terlepas dari kompetensi dalam bidang reaktor nuklir, fasilitas dan instalasi nuklir, bahan bakar, isotop dan radiasi serta keselamatan dan keamanan nuklir. Semua itu harus dilakukan secara komprehensif meliputi ketersediaan terhadap infrastruktur yang lengkap, sarana dan prasarana yang memadai, kurikulum hingga tenaga pengajar dengan kualitas yang mumpuni,” ungkap Edy Giri.
Ke depan, kurikulum baru Poltek Nuklir akan difokuskan ke arah teknologi nuklir untuk energi, nuklir untuk industri, nuklir untuk medis, dan pemanfaatan nuklir serta radiasi untuk karakterisasi. “Berbasis kurikulum baru tersebut akan disiapkan beberapa program studi untuk menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang spesifik tersebut serta mampu mengisi pasar kerja global,” lanjut Edy.
Selain itu, kurikulum baru yang meliputi pembelajaran dengan keilmuan dasar, keteknikan, kenukliran dasar serta peminatan khusus kenukliran maka dibutuhkan tenaga pengajar yang mumpuni di masing-masing bidang tersebut. “Periset dari empat OR yang ada di BRIN, yaitu ORTN (Tenaga Nuklir), ORNM (Nanoteknologi dan Material), OREI (Elektronika dan Informatika), dan juga OREM (Energi dan Manufaktur) bisa mendukung secara penuh pembelajaran di Poltek Nuklir, baik sebagai dosen tidak tetap maupun team teaching,” harapnya.
Ia juga menyampaikan, tentu akan ada beberapa konsekuensi akibat dari penguatan infrastruktur, sarana prasarana, kurikulum, kerja sama hingga tenaga pengajar di Poltek Nuklir yang seluruhnya telah berkualifikasi Doktor, yaitu meningkatkan standar kualitas mahasiswa baru, kualitas luaran dari aktivitas riset dan inovasi, serta kebermanfaatan dari pelaksanaan pembelajaran, riset dan inovasi kepada masyarakat.
Dalam kegiatan pembekalan ini, juga dilakukan diskusi secara intens antara dosen baru Poltek Nuklir dan para periset BRIN untuk menyelesaikan dan menyempurnakan RPS sesuai dengan kurikulum baru yang akan diterapkan. (tek/ed: mfs)
Sumber : https://www.brin.go.id/news/122143/kepala-brin-tekankan-pentingnya-transformasi-poltek-nuklir-penuhi-standar-global