Yogyakarta – Humas BRIN. Sebagai satu-satunya perguruan tinggi vokasi bidang iptek nuklir di Indonesia yang berada di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) berkomitmen menjadi perguruan tinggi vokasi nuklir yang berdaya saing global.
Wujud dukungan BRIN menjadikan Poltek Nuklir sebagai perguruan tinggi vokasi nuklir berdaya saing global, sangat terlihat dengan jelas bagaimana transformasi yang terjadi di Kawasan Sains dan Edukasi (KSE) Achmad Baiquni di Babarsari Yogyakarta yang merupakan homebase Poltek Nuklir, dalam beberapa tahun terakhir.
“Transformasi ini tidak hanya berupa sarana dan prasarana untuk pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi di Poltek Nuklir, tetapi juga kurikulum baru, termasuk tenaga pendidik, penganggaran, dan kerja sama yang lebih luas lagi,” ungkap Deputi bidang Sumber Daya Manusia Iptek BRIN Edy Giri Rachman Putra, pada Wisuda Sarjana Terapan Teknik Poltek Nuklir, Rabu (11/9).
Menurutnya, penyelenggaraan pendidikan tinggi iptek nuklir selain untuk persiapan dan pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia dalam industri nuklir, juga untuk preservasi iptek nuklir melalui pendidikan, pelatihan, serta peningkatan jejaring dan kolaborasi dengan institusi di dalam dan luar negeri.
“Hal ini juga akan menjadikan Poltek Nuklir sebagai Leading Higher Education in Nuclear Science, Technology and Vocational Education, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga regional (Asia), sebagai cita-cita pendiri kampus nuklir di Yogyakarta dahulu,” terangnya.
Dengan semakin berkembangnya pemanfaatan iptek nuklir dalam berbagai bidang di Indonesia maupun global, tentunya akan membuka peluang bagi Poltek Nuklir, dalam hal ini alumninya, untuk dapat berkontribusi lebih besar lagi ke depannya sebagai tenaga kerja.
“Namun, untuk lebih meningkatkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan, serta kompetensi di bidang iptek nuklir, saya menawarkan kepada Saudara untuk mengambil program-program dari BRIN, antara lain Degree by Research (untuk melanjutkan pendidikan S2 ke UGM, ITB, atau Tomsk Polytechnic University di Rusia, dll) sekaligus sebagai Research Asisstant, atau bisa mengambil BRIN-LPDP Beasiswa Doktor Talenta Riset dan Inovasi Nasional,” jelasnya.
Hal ini sangat dimungkinkan karena BRIN saat ini telah memiliki program-program riset strategis atau prioritas, salah satunya bidang iptek nuklir. Program-program tersebut yaitu pengembangan siklotron 30 MeV untuk kesehatan dan industri di Serpong (kerja sama dengan Korea); dekontaminasi, dekomisioning, dan revitalisasi fasilitas nuklir dan radiasi di Serpong (kerja sama dengan Korea); termasuk pengembangan reaktor nuklir untuk pembangkit listrik dan uap-panas industri (kerja sama dengan Tiongkok), dan beberapa program lainnya.
“Pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan kompetensi yang akan diperoleh nantinya, tentunya akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas dan karier Saudara lebih jauh. Saudara tidak harus berkarier sebagai periset atau akademisi dengan mengambil program-program dari BRIN tersebut. Silakan Saudara bekerja di industri atau menjadi entrepreneur, tentunya di bidang yang terkait dengan ketenaganukliran,” ungkapnya.
Dipercaya sebagai Lembaga Pelatihan Ketenaganukliran
Sementara itu, Direktur Poltek Nuklir Zainal Arief menyampaikan, salah satu upaya Poltek Nuklir dalam pengembangan dan perbaikan secara berkesinambungan guna peningkatan kualitas lulusannya, adalah pada tahun ini Poltek Nuklir mendapat kepercayaan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) sebagai Lembaga Pelatihan Ketenaganukliran (LPK) Sub Lingkup Petugas Proteksi Radiasi (PPR) Industri Tingkat 1 dan Petugas Keahlian Radiografi Industri Tingkat I (OR). “Penunjukan itu diperoleh melalui Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN),” ungkapnya.
Dalam upaya mendukung penunjukan tersebut, sambung dia, Poltek Nuklir terus berupaya mendidik mahasiswa dengan kompetensi kenukliran. Pihaknya terus berkomitmen meningkatkan nilai tambah mahasiswa sebagai bekal terjun di dunia kerja.
Perguruan tinggi vokasi yang memiliki jargon SAE (Santun, Amanah dan Elite) ini mempunyai beragam fasilitas sertifikasi yang diberikan kepada mahasiswa, yaitu: PPR Industri Tingkat 1, Radiografer Tingkat 1, NDT Ultrasonic Testing Level 2, dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Umum BNSP.
“Dengan semakin beragamnya sertifikasi yang dimiliki, saya berharap hal ini akan menjadi keunggulan kompetitif yang membedakan lulusan Poltek Nuklir dengan yang lain. Serta memudahkan lulusan untuk mendapat pekerjaan yang relevan,” ungkap Zainal.
Poltek Nuklir juga terus berupaya memastikan alumni turut serta membangun Indonesia dengan berkiprah di bidang yang dikuasai dan dipelajari selama kuliah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengundang pihak industri untuk membuka rekruitmen di kampus pada 5-6 September 2024 lalu, untuk memberikan kesempatan lulusan mendapatkan pekerjaan dengan lebih cepat, tepat, dan mudah.
“Dari 12 perusahaan yang berpartisipasi, ada 6 formasi yang ditawarkan dan 58 wisudawan yang lolos,” ungkapnya.
Dari jumlah tersebut, ada beberapa wisudawan yang langsung direkrut sebagai kelanjutan dari Program MBKM, yaitu Muhammad Rafdi Akhyar Hindami di Samsung SDI Hungary, Alda Dwiyanti, Zena Manurung, Chinta Wulandari dan Elsinta di PT Schneider Electric System Indonesia, Izatul Fadhila di PT Yokogawa Indonesia, dan Muhammad Fadhiil Muslimin di PT Seoul Inspection.
Tahun ini, Poltek Nuklir mewisuda 84 mahasiswa yang terdiri dari 23 Mahasiswa Program Studi Teknokimia Nuklir (TKN), 31 Mahasiswa Program Studi Elektronika Instrumentasi (Elins), dan 30 Mahasiswa Program Studi Elektromekanika (Elmek).
Jumlah lulusan predikat dengan pujian (cumlaude) adalah sebanyak 73 orang terdiri dari 19 orang TKN, 25 orang Elins, dan 29 orang dari Elmek.
Adapun mahasiswa IPK tertinggi dengan predikat pujian diperoleh Catleyanisa Maharani Rahmadhan dari Program Studi TKN dengan nilai 3,93. (tek)