Yogyakarta – Humas BRIN. Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merayakan puncak Dies Natalis ke-39, Rabu (10/9). Mengusung tema ‘Sinergitas Pendidikan Tinggi Vokasi dan Industri Nuklir untuk Indonesia Emas 2045,’ hari jadi Poltek Nuklir kali ini dilaksanakan dengan tujuan menanamkan nilai akademik, inovasi, serta penguasaan teknologi.
Zainal Arief, direktur Poltek Nuklir menyampaikan banyak program yang telah dilakukan Poltek Nuklir antara lain peningkatan SDM melalui pendidikan, pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dan peningkatan menjadi lulusan yang berkarakter dan unggul, membawa nilai sosial dan kemanusiaan, serta menerapkan kapasitas yang dimiliki di mana saja dan kapan saja. “Poltek Nuklir terus berupaya bergerak dalam proses pendewasaan yang dilalui,” ungkapnya.
Upaya lain juga dilakukan untuk meningkatkan akses pendidikan, salah satunya dengan menambah jumlah mahasiswa guna memberi kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat agar bisa mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.
“Untuk menuju hal tersebut, memerlukan tahapan sebagai langkah penyiapan, contohnya dari sisi rasio dosen dan mahasiswa, rasio fasilitas seperti ruang pembelajaran, dan laboratorium. Dukungan kegiatan di luar kampus seperti kerja praktik, MBKM, tugas akhir dan lainnya. Selama fasilitas siap, maka penambahan jumlah mahasiswa bisa dilakukan. Termasuk penambahan program studi yang mampu memberikan peluang kompetensi yang lain yang dibutuhkan industri,” jelas Zainal.
Selain itu, menurutnya diperlukan penguatan kegiatan yang memungkinkan pengembangan kapasitas personal bagi civitas dan lembaga. “Training internasional baik bagi dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa terus dilakukan untuk mendukung visi Poltek Nuklir. Program magang juga merupakan salah satu program untuk mewujudkan mahasiswa berkarakter dan unggul,” terangnya.
Sinergitas Pendidikan Tinggi Vokasi dan Industri Nuklir untuk Indonesia Emas 2045
Ade Faisal, Plt. Kasubdit Riset dan Pengembangan Iptek Bappenas dalam pemaparannya menyampaikan pembangunan berpusat pada manusia untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan, memampukan manusia (human capabilities) untuk meningkatkan harkat dan martabat dengan memenuhi semua kebutuhan dasar, serta menggunakan pendekatan siklus hidup.
Ade menyebut berdasarkan dokumen UU RPJPN 20 tahun kedepan (2025-2045), untuk pertama kali iptek telah terhighlight menjadi salah satu game changers serta peningkatan anggaran Iptekin Nasional menuju komersialisasi dan industri. “Negara berkomitmen penguatan anggaran iptek masuk dalam game changers, dengan besaran anggaran 2,2% terhadap PDB pada tahun 2045,” jelasnya.
Selain itu, iptek adalah fundamental pembangunan berbagai sektor lain. Artinya, ada komitmen sektor lain untuk menjadikan iptek sebagai penghela pertumbuhan. “Hasil-hasil iptek harus ada komitmen dari sektor, tidak hanya sekedar memakai tapi juga mengendors. Bappenas meminta sektor ada target pemanfaatannya,” ujar Ade.
Menurutnya, peran ketenaganukliran sangat luar biasa. “Apalagi berbicara tentang pembangunan jangka panjang, mulai dari teknologi yang mendukung kesehatan, pangan, kedokteran nuklir, juga termasuk perkembangan industri ketenaganukliran. Sangat luar biasa,” ungkapnya.
Ade menyampaikan, Poltek Nuklir memiliki serapan yang sangat besar bahkan banyak mahasiswa sudah diterima bekerja sebelum lulus. Namun disisi lain terdapat rentang yang jauh antara suplai SDM vokasi ketenaganukliran dibandingkan dengan kebutuhan. “Oleh karenanya, Bappenas selalu minta roadmap rencana pengembangan yang konkrit sehingga kita bisa mengoptimalkan kapasitas, kualitas dan kuantitas untuk memenuhi kebutuhan secara Nasional. Lima tahun kedepan, Bappenas akan berkomitmen terhadap lembaga iptek untuk membangun strategi penguatan suplai SDM vokasi bidang ketenaganukliran,” tutupnya.
Kebutuhan SDM untuk Mendukung Pertumbuhan Industri Nuklir Nasional
Sementara itu, Djarot Sulistio Wisnubroto, Peneliti BRIN yang menjadi narasumber dalam kegiatan kuliah expert pada Senin (9/9) lalu menyampaikan, peran pendidikan vokasi dalam pembangunan SDM adalah SDM harus mampu mengoperasikan teknologi yang rumit, memahami prinsip keselamatan radiasi, dan mematuhi regulasi yang ketat.
“Teknologi nuklir memerlukan penguasaan keterampilan teknis yang tinggi. Ini mencakup pemahaman tentang fisika nuklir, kemampuan untuk bekerja dengan perangkat radiasi, hingga keterampilan praktis dalam operasi peralatan yang sangat sensitif,” ungkapnya.
Saat ini pemanfaatan teknologi nuklir sangat luas. “Teknologi nuklir telah dimanfaatkan di berbagai bidang guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya pada bidang kesehatan, pangan, industri dan juga energi,” jelas Djarot.
Meskipun saat ini Indonesia belum memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang beroperasi, menurutnya upaya untuk merealisasikan proyek PLTN pertama terus berjalan, sejalan dengan kebijakan energi nasional yang mendorong diversifikasi sumber energi dan pencapaian target Net Zero Emission (NZE) 2060. (tek/ed:jml)