Yogyakarta-Humas BRIN. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) BRIN sepakat melakukan penguatan peran institusi pendidikan terhadap pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir untuk menyongsong potensi pemanfaatan tenaga nuklir saat ini dan masa mendatang.
Direktur Poltek Nuklir, Zainal Arief menyampaikan rencana kegiatan yang dilakukan Poltek Nuklir tahun 2022 – 2026. “Keinginan Poltek Nuklir adalah bisa memaksimalkan fasilitas yang ada di Kawasan untuk beberapa keperluan, seperti Poltek Nuklir menjadi pusat unggulan tenaga kenukliran, sebagai inkubator bisnis, dan pusat sertifikasi kompetensi kenukliran,” jelasnya pada Rabu (12/6) lalu.
Saat ini Poltek Nuklir dilengkapi beberapa fasilitas diantaranya reaktor, akselerator, dan laboratorium untuk pelaksanaan praktikum mahasiswa sebagai ciri pendidikan vokasi. “Menjadi fasilitas pendukung pusat riset di perguruan tinggi, dosen juga harus difasilitasi dalam kelompok riset sesuai kompetensi dosen yang ada. Fasilitas yang ada di kawasan harus mendukung penelitian dosen, memfasilitasi MBKM, serta pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat, serta fasilitas untuk meningkatkan kualitas pengajaran,” ungkapnya.
Zainal berharap, dengan dukungan dari Kawasan maka Poltek Nuklir yang awalnya merupakan teaching polytecnic (proses belajar mengajar) bisa bergeser menjadi politeknik inovatif yang menghasilkan produk inovasi. “Pembelajaran tentu akan menyesuaikan. Kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan, sehingga kita bisa membangun budaya inovasi dari semua tingkat. Melakukan tata kelola sampai dengan produk inovasi bidang teknologi nuklir,” ungkapnya.
Selain itu, Poltek Nuklir juga berupaya melakukan peningkatan produk inovasi yang berasal dari penelitian dosen maupun proyek akhir mahasiswa. “Hasil dari produk tersebut dikemas dalam Final Project Competition. Poltek Nuklir juga mengundang industri” ujar Zainal.
Ia berharap ada produk inovasi yang layak untuk masuk dalam inkubator bisnis dan bisa dimanfaatkan, serta mendukung visi dari Poltek Nuklir.
Menurutnya saat ini Poltek Nuklir memiliki tiga program studi yang masing-masing memiliki muatan materi kenukliran sebesar 35-40%. “Secara komposisi, porsi ketenaganukliran sudah memberikan bekal skill dan pengetahuan bagi mahasiswa,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu Ade Faisal dari Bappenas menekankan pentingnya intermediasi Poltek Nuklir ke masyarakat. “Bappenas sangat terbuka. Mari kita bersama merancang suatu program yang konkrit. Bahkan mungkin ada unit yang mengintermediasi secara rutin, membantu secara konkrit permasalahan yang ada di masyarakat,” terangnya.
Dijelaskan oleh Ade, iptek diposisikan sebagai fundamental pembangunan semua sektor. Bahkan pertama kali dalam sejarah, dokumen perencanaan pembangunan memuat anggaran iptek sebagai kebijakan besar yang mendukung visi Indonesia yaitu menuju Indonesia Emas 2045. “Iptek harus benar-benar mengerjakan prioritas yang sejalan dengan sektor lain. Demikian juga sektor lain harus komitmen mengoptimalkan pemanfaatan/output dari iptek,” jelasnya.
Ade berharap, pengabdian masyarakat yang merupakan bagian prose bisnis dapat dimasukkan dalam peta jalan Poltek Nuklir sebagai kegiatan intermediasi untuk mensosialisasikan hasil riset, teknologi, pembelajaran dan lainnya. (tek/ed:mn)