Yogyakarta-Humas BRIN. Tiga dosen dan satu tenaga kependidikan dari Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia (Poltek Nuklir) BRIN yaitu Muhtadan, Dhita Ariyanto, Ayu Jati Puspitasari, serta Risky Nurseila Karthika berkesempatan mewakili Indonesia mengikuti Regional Workshop on Good Practices in Linking Nuclear Science Technology (NST) into Secondary Education (RAS0091-EVT2302446) yang diselenggarakan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) di Muscat, Oman pada 29/10 – 2/11 lalu.
Dhita Ariyanti dalam presentasinya berjudul ‘Empowering Secondary Education: Utilizing LMS Technology for Basic Nuclear Science and Technology (NST) in the National Independent Learning Curriculum’ menjelaskan penerapan sistem pembelajaran online di era revolusi 4.0 diharapkan bisa menjadi tolok ukur pendidikan dalam memanfaatkan teknologi dan informasi untuk saling terhubung. “Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan inovasi pengajaran dengan merancang metode pembelajaran yang akan meningkatkan kualitas lulusan, yaitu dengan metode Learning Management System (LMS) yang dikorelasikan dengan ilmu dasar nuklir dan fisika dalam kurikulum pendidikan tingkat menengah,” jelasnya.
Tim Indonesia bergabung dengan tim dari Saudi Arabia, Mr. Anas Mohammed F Alwafi dan Mr. Salman Mohammed Alshehri dari King Abdulaziz City for Science and Technology (KACST) dan tim dari Oman yaitu Mr Khalifa Al Azri dari Ministry of Education Oman. “Tim membahas Action Plan dan Propose Strategy to Build Educators’ Skills terkait Nuclear Science technology (NST),” terang Ayu. Tim tersebut membahas pengembangan kemitraan kerja yang kuat dengan Kementerian Pendidikan di tingkat sub-regional (seperti ASEAN, GCC, Komunitas Pasifik, dll) untuk pengembangan dan implementasi kebijakan, mengumpulkan dan mengelola masukan sehingga kegiatan dapat dipantau, dievaluasi kualitasnya, inklusivitas, dan efisiensi serta menyempurnakan buku panduan sebagai referensi. “Selain itu, topik lain yang dibahas terkait peningkatan program pengembangan kompetensi dan kapasitas yang fokus dan inklusif, melibatkan inovasi pemanfaatan teknologi digital untuk memperluas peluang pendidikan NST baik di sektor formal maupun non-formal (termasuk ANENT LMS), serta berkoordinasi melalui kolaborasi global dan regional (misalnya ANENT, INSTA, INSO, dll,” jelas Muhtadan.
Adapun rencana penambahan aktivitas pada aspek action plan Improvement of the Guidebook Series and Comprehensive and Quality Reference adalah pertemuan online untuk memberikan umpan balik pemangku kepentingan di setiap negara, menciptakan platform bagi pendidikan dan praktisi untuk berbagi materi.
Risky bangga dapat mewakili Indonesia khususnya BRIN dalam kegiatan tersebut. “Bersyukur sekali bisa menjadi bagian dari kegiatan Internasional ini. Banyak wawasan baru yang diperoleh selain tentu saja teman berbagi pengetahuan dari berbagai negara,” ungkapnya.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 68 peserta yang terdiri dari perwakilan negara Indonesia, Oman, Austria, Malaysia, Saudi Arabia, Filipina, China, Brunei Darussalam, Bangladesh, Iran, Jordania, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Republik Arab Syrian/ Suriah. (tek, rnk/ed:mn)